Minilokakarya Stunting
Mini Lokakarya Stunting
15 & 18 Mei 2024
Mini lokakarya (minilok) stunting di Kota Yogyakarta merupakan kegiatan pertemuan lintas sektor untuk mendiskusikan permasalahan stunting di Kota Yogyakarta. Acara ini dipimpin oleh DP3AP2KB dan diikuti oleh berbagai lintas sektor yang terdiri dari Puskesmas, Danramil, Kapolsek, AKM KB, MPP dari setiap kemantren, Satgas Kota Yogyakarta, Lurah, PKB, dan TPK. Minilok dilakukan selama dua hari dan dilaksanakan selama dua sesi per harinya. Pada hari pertama, acara minilok dibuka oleh Bapak Sarmin, S.IP, M.Si Plt. Kepala DP3AP2KB dan Bu Herristanti, S.Psi Kabid KBPK. Beliau menyampaikan apresiasi atas pencapaian bersama terkait capaian 100% intervensi serentak di Kota Yogyakarta. Kemudian, disampaikan pula pencapaian Kemantren Kraton atas prevalensi stunting terendah se-Kota Yogyakarta, yaitu sebesar 7,80%. Selanjutnya, arahan kepada kemantren dengan prevalensi yang masih tinggi untuk terus semangat melakukan intervensi dan edukasi untuk menurunkan angka stunting di kemantren masing-masing.
Mini Lokakarya Stunting di Ruang Arjuna
Evaluasi intervensi serentak merupakan agenda utama dalam acara minilok stunting. Hari pertama dihadiri oleh Kemantren Gedongtengen, Kraton, Jetis, Gondokusuman, Danurejan, Umbulharjo, dan Wirobrajan. Sedangkan pada hari kedua dihadiri oleh Kemantren Gondomanan, Kotagede, Mantrijeron, Tegalrejo, Mergangsan, Ngampilan, dan Pakualaman. Masing-masing kemantren memberikan pemaparan jumlah sasaran berisiko yang dilakukan pendampingan, kendala yang terjadi di lapangan, serta inovasi yang dilakukan selama intervensi serentak. Sebagian besar kendala yang dialami kemantren adalah ketidakhadiran sasaran ke Posyandu karena orang tua balita tidak sempat mengantar atau karena alasan bepergian ke luar kota. Selain itu, masyarakat terbiasa dengan pola datang, timbang, dan pulang. Kendala yang sama setiap kemantren yaitu erornya aplikasi elsimil sehingga menghambat proses input data dan rusaknya alat antropometri. Meskipun demikian, setiap kemantren memiliki upaya dan inovasi yang terus ditingkatkan demi tercapainya penurunan prevalensi stunting di Kota Yogyakarta. Salah satu inovasi yang dimiliki oleh Kemantren Gondomanan yaitu Gerdu Ceting, sebuah gerakan kader posyandu terpadu dalam mencegah stunting, serta memberikan sertifikat kepada balita yang lulus Posyandu.
Mini Lokakarya Stunting di Ruang Arjuna
Setelah masing-masing kemantren menyampaikan kendala di lapangan, tim TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) memberikan saran dan arahan untuk penurunan stunting di Kota Yogyakarta. Tim TPPS yang hadir dalam minilok stunting adalah Bidang KBPK DP3AP2KB, Pemkot, Dinkes, Bappeda, dan TP PKK. Tim TPPS menyampaikan data prevalensi stunting di Kota Yogyakarta menurut SKI 2023 sebesar 16,8%, PSG 2023 sebesar 12,2%, dan berdasarkan intervensi serentak 2024 sebesar 10,07%. Berdasarkan data tersebut, diharapkan angka stunting di Kota Yogyakarta dapat terus ditekan. Perwakilan dari Kesga Dinkes juga memberikan arahan untuk melakukan intervensi terfokus pada Baduta untuk pecegahan stunting lebih dini. Melalui acara minilok stunting ini, harapannya peserta dapat termotivasi untuk terus mengupayakan pencegahan stunting hingga mencapai prevalensi serendah mungkin.