Dakkon Perak Kelurahan Wirobrajan

Pada gowes kali ini Jumat 4 februari 2022 difokuskan pada kelurahan Wirobrajan, rombongan tersebut berkumpul di depan kantor BPD DIY cabang Senopati pukul 06:30 WIB.

Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi menjelaskan kegiatan gowes dodolan Kampung adalah kegiatan untuk menyapa kampung yang ada di Kota Yogya. 

“Ini bagian dari upaya kita untuk mengkampanyekan hidup sehat dengan bersepada, selain itu momentum ini juga untuk mengenalkan potensi-potensi kampung kepada masyarakat sehingga kebangkitan ekonomi kampung di Kota Yogya bisa berjalan dengan cepat,

Kunjungan pertamanya ada di sentra pengrajin longsong yang berada di RW 12 kampung Ketanggungan, Kelurahan Wirobrajan.

Di sentra tersebut hampir seluruh warganya membuat berbagai souvenir berbahan dasar limbah kertas semen yang disulap menjadi selongsong atau longsong, salah satunya adalah Sugiman 73 tahun. 

Harga selongsong tersebut beragam, disesuaikan dengan ukurannya. Untuk selongsong berukuran satu kilogram dijual seharga Rp 6 ribu hingga Rp 7 ribu per 20 lembar. Sedangkan yang termahal adalah selongsong berukuran 20 kilogram, yakni Rp seribu per lembarnya.

Selain itu di area tersebut juga ada warga yang membuat tas yang berbahan dasar bambu, kedatangan rombongan tersebut pun membawa angin segar untuk para pengrajin ini, karena Wawali dan para rombongan yang berjumlah puluhan ini memborong kerajinan tersebut. 

Setelah hampir satu jam di sentra tersebut, melanjutkan perjalannya menuju kantor kelurahan Wirobrajan. 

Namun sebelum menuju finish, rombongan tersebut berhenti di rumah Juminem yang berada di RW 07 Mancasan, Kelurahan Wirobrajan. Juminem dan suami sudah hampir 40 tahun menggeluti pembuatan tahu. 

Produk utama yang diproduksi oleh Juminem adalah tahu putih, yang nantinya hasil sampingnya yakni ampas tahu yang diolah menjadi tempe gembus dan untuk pakan ternak. 

Seperti pembuatan tahu pada umumnya, bahan baku yang digunakan adalah kedelai lokal dimana dalam produksi selama 1 hari bisa menghabiskan 1 kuintal kedelai. Selain itu air yang digunakan adalah air sumur.

Bahan bakar untuk memasaknya pun masih mempertahankan kayu dan serbuk kayu. Tungku yang digunakan untuk memasak kedelai menggunakan prinsip uap, dimana uap panas dihasilkan dari pembakaran kayu yang kemudian dialrikan menggunakan pipa-pipa menuju dasar tungku/bejana perebusan. 

Untuk mendorong pengembangan industri tahu di Kota Yogya, Wawali berharap ada pengembangan varian jenis tahu yang diproduksi.