Lomba Fragmen Anti Kekerasan Perempuan dan Anak Kota Yogyakarta
Adanya Realita Ketidakadilan terhadap kaum perempuan mengakibatkan perempuan menjadi serba tertinggal dan terbelakang (tidak berdaya dan subordinatif) sehingga menghambat pembangunan. Dengan demikian perempuan perlu diberdayakan dengan berbagai program pemberdayaan perempuan agar dapat memiliki akses dalam pembangunan. Selain itu banyaknya realita yang berkembang di masyarakat dimana adanya sikap dan tindakan dikriminatif terhadap perempuan sebagai jenis kelamin yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga mengakibatkan kaum perempuan harus mengalami hambatan perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan..Agar tujuan tersebut dapat di capai diperlukan partisipasi dan komitmen yang kuat dari Pemerintah Kota Yogyakarta dan semua elemen yang ada di masyarakat.
Kekerasan Berbasis Gender (KBG) adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan seseorang secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di ranah publik atau dalam kehidupan pribadi. KBG dapat terjadi di wilayah pribadi (misalnya kekerasan dalam rumah tangga atau pacaran) maupun publik (kekerasan di tempat kerja atau di tempat umum), dalam situasi normal ataupun sulit (bencana, perang, konflik), baik yang terjadi di tingkat individu, komunitas, atau negara.
Dalam rangka kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP), Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Yogyakarta menyelenggarakan Lomba Fragmen Anti kekerasan terhadap perempuan dan anak pada hari Kamis, 28 Nopember 2019 di Ruang Bima, Komplek Balaikota Yogyakarta, acara ini di ikuti 13 kelompok seni dari 13 Kecamatan. Ketua Forum Perlindungan Korban Kekerasan Kota Yogyakarta menyampaikan dalam sambutannya " Kampanye anti kekerasan lewat kesenian lebih mudah. lewat fragmen ini bertujuan agar seniman juga mensosialisasikan hidup tanpa kekerasan ke masyarakat. para pemain fragmen bisa jadi duta anti kekerasan di wilayahnya".